Tolong buatkan sinopsis / cerita film pengkhianatan g-30 s pki...
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban diahviolin
Kelas: IX
Mata Pelajaran: IPS/Sejarah
Materi: Peristiwa Gerakan 30 SeptemberKata Kunci: Pengkhianatan G30S/PKI
Pembahasan:Sinopsis film “Pengkhianatan G30S/PKI” Karya Arifin C. Noer (tahun 1984).
Di tahun 1960an, kondisi negara Indonesia dalam kekacauan. Rakyat hidup dalam kemiskinan, sementara orang kaya memamerkan kekayaan mereka. Presiden Sukarno (dimainkan Umar Kayam) sakit dan mungkin akan segera meninggal. Sementara itu, konsep politik Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme) telah mendorong pertumbuhan cepat dari PKI (Partai Komunis Indonesia). Presiden yang lemah juga dimanipulasi oleh partai tersebut.
PKI telah membuat sebuah klaim, berdasarkan dokumen Gilchrist yang dipalsukan, bahwa Dewan Jenderal sedang mempersiapkan kudeta jika Sukarno mati. Aidit (dimainkan Syubah Asa), Syam Kamaruzzaman, dan pimpinan Partai Komunis diam-diam berencana menggunakan ini sebagai alasan untuk kudeta mereka sendiri.
PKI berencana untuk menculik tujuh jenderal (yang dianggap sebagai anggota Dewan Jenderal), menguasai Jakarta, dan mengamankan Sukarno. Gerakan ini diberi nama Gerakan 30 September (G30S). Para perwira dari Angkatan Darat tidak sadar terhadap kudeta yang akan datang ini. Pada saat mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, semua sudah terlambat.
Pada malam tanggal 30 September-1 Oktober, tujuh unit dikirim untuk menculik para jenderal yang terkait dengan Dewan tersebut. Nasution berhasil melarikan diri dengan melompat tembok, sementara pengawalnya Pierre Tendean ditangkap dan, ketika ditanya di mana Nasution berada, mengaku dirinya sebagai jendral itu untuk melindungi Nasution.
Jenderal Ahmad Yani, yang melawan saat akan diculik, terbunuh di rumahnya. Mayjen M. T. Haryono menemui nasib yang sama. Jaksa Militer Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen Siswondo Parman, dan Letjen Soeprapto ditangkap. Brigjen D. I. Pandjaitan bersedia mengikuti penculik, tapi saat dia berdoa terlalu lama sebelum masuk truk dia ditembak.
Mayat dan tahanan penculikan dibawa ke kamp G30S/PKI di Lubang Buaya, tempat korban selamat disiksa dan dibunuh. Tubuh mereka kemudian dilempar ke dalam sumur. Keesokan harinya, anggota gerakan tersebut mengambil alih kantor RRI dan memaksa staf di sana untuk membaca pidato oleh Kolonel Untung (dimainkan Bram Adrianto), yang menyatakan bahwa G30S/PKI telah bergerak untuk mencegah kudeta oleh Dewan Jenderal dan mengumumkan pembentukan "Dewan Revolusi".
Gerombolan G30S/PKI lainnya pergi ke istana untuk menemui presiden namun Sukarno sudah pergi. Di Halim, presiden berbicara dengan para pemimpin G30S dan menyatakan bahwa dia akan memegang kendali penuh atas Angkatan Darat. Pidato radio lain segera dibaca, menguraikan komposisi Dewan Revolusi yang baru dan mengumumkan perubahan pada hirarki Angkatan Darat.
Suharto (Amoroso Katamsi), menolak pengumuman Untung, menyatakan secara jelas bahwa tidak ada Dewan Jenderal dan membuat catatan tentang sifat sejati G30S/PKI. Karena ada kekosongan kekuasaan dengan kematian Yani, Suharto mengambil alih kendali sementara Angkatan Darat dan mulai merencanakan serangan balik dengan anak buahnya.
Suharto mengambil alih RRI dan memberi pengumuman radio, yang menggambarkan G30S sebagai kontra-revolusioner, dan menyatakan bahwa Angkatan Darat akan menghadapi kudeta tersebut. Para pemimpin G30S melarikan diri dari Halim, dan pasukan Suharto merebut kembali pangkalan udara tersebut.
Suharto segera dipanggil ke Istana Bogor untuk berbicara dengan Sukarno. Di sana, presiden mengatakan bahwa dia telah menerima jaminan dari Marsekal Udara Omar Dani bahwa Angkatan Udara tidak terlibat Gerakan 30 September. Suharto menolak pernyataan tersebut, karena banyak anggota gerakan itu dari Angkatan Udara.
Pertemuan tersebut akhirnya menjadikan Suharto sebagai pemimpin Angkatan Darat. Dalam penyelidikan mereka terhadap kejadian tersebut, Angkatan Darat menemukan markas G30S di Lubang Buaya, termasuk mayat para jenderal yang di buang di sumur di sana.
Para jenderal dikebumikan di taman makam pahlawan dan Suharto menyampaikan pidato di mana dia mengutuk G30S/PKI dan mangajak rakyat Indonesia untuk melanjutkan perjuangan para jenderal yang tewas.